Satu diantara yang aku kenal. Awalnya memang sama saja kuncup bunga di taman. Tapi luncur itu menjadi satu-satunya mawar yang berwarna biru. Sampai-sampai aku begitu memperhatikannya. Indah, tapi jika aku memetiknya maka hilanglah segalanya. Dari layu hingga akhirnya mati. Setidaknya aku ingin menjadi bunga lili yang menemaninya yang tumbuh di sela-sela batu.
Awal kelas tiga ini aku akui jatuh cinta pada hati yang aku anggap masih putih belum ternoda. Aku merasakan hal yang sebelumnya belum pernah terjadi pada hidupku yang masih polos.
Sejauh ini aku belum mengenal Noni. Setahuku dia anak PMR dia temen Riski yang sekarang aktif di Pramuka. Sebelumnya Noni mau masuk Pramuka tapi dia punya alasan sendiri yang aku tidak tahu.
IT'S ALRIGHT
Pagi itu masih benar-benar buta. Tapi mungkin karena lampu kamarku yang dipadamkan. Padahal diluar banyak bintang-bintang meski tanpa bulan. Dengan semangat aku melakukannya. Entah apa yang memotivasi aku, segera aku kemasjid untuk sholat subuh. Sungguh belum pernah sebelumnya, dan sudah seminggu ini aku sukses melakukannya. Suasana yang masih pagi itu aku manfaatkan untuk belajar dan mengecek perlengkapan yang telah aku persiapkan semalam untuk jadwal siang nanti. Sabtu, jadwalnya piket kelas dan siangnya ada ekstra Seni Baca Al Quran.
Pagi yang cerah. Matahari bukan Juli itu sedikit keutara menjauhi khatulistiwa. Akhir pekan yang lebih dicintai dari hari yang lain. Pagi yang biasa tapi sempurna, apa yang akan terjadi hari ini. Kalau aku bilang hari yang cocok untuk masuk buku harian, meskipun itu baik atau buruk. Tapi yang jelas semalam aku tidur nyenyak tanpa mimpi apapun. Tapi apa mungkin diimpikan? Tapi harapan jelas lebih sempurna dari yang terjadi.
Sepeda ku kayuh pelan. Sesekali teman-teman menyapa di dalam angkotan umum. Sepedaku tetap kukayuh pelan. "Santai, sudah belajar ini", kataku. Matahari tetap pada posisi melawanku. Menyilaukan, tapi ingat-ingat aku harus piket kebersihan kelas pagi itu. Sesampainya, sepeda ku parkir tanpa dikunci. Sedikit berlari aku semangat menuju kelas. Tapi tiba-tiba ada suatu hal yang membuat kakiku pelan dan berjalan. Seseorang telah memanggil aku. Seseorang, jauh tapi tepat dihadapanku. Aku tidak percaya dia yang memanggil aku. Tapi segera aku hampiri ketika aku yakin memang dia memanggilku.
"Kata Ka' Syifa kaka mau minta fotoku ya?", Noni menanyakan padaku.
"Ha,,, Eem, o iya! Tapi kemarin cuma bercanda ja koh"
"Hm . . . m!"
"Eh, sudah dulu ya, aku mau piket nich!"
Sesuatu yang tidak terlupakan. Seingatku itu pertama aku bicara dengan dia. Membuat aku tersenyum, tapi membuatku merasa kalah karena celakanya dia yang lebih berani dari aku. Padahal aku merasa belum pernah memanggil apalagi bertanya padanya. Aku seorang pendiam. Tidak pandai bicara. Tapi hari ini membuatku harus lebih berani dari dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar