Nyanyian suci dalam hatiku yang memberontak untuk keluar mengungkapkan apa yang telah terjadi sesungguhnya. Sejak aku mengenal dia sampai terpaksa aku melambaikan tangan kepada dia yang meninggalkan kesalahan diantara kami.
Banyak kesalahpahaman, banyak kebodohan, dan sayang itu tidak berguna bahkan tidak perlu dipermasalahkan. Karena memang tidak banyak sesuatu sebelum terjadi kisah ini. Tapi apa perlunya aku menulis? Ini hanya hobiku yang memang bukan hobiku. Aku merasa bersyukur karena ini merupakan luapan emosi positifku. Aku tidak menyangka sekali telah menulis semua ini, tidak lain karena aku tidak mampu mengungkapkan ini dengan kata-kata selain dengan tulisan. Maka dengan ini aku akan mencoba kembali untuk mengulang apa yang telah aku jalani beberapa tahun yang lalu. Kepada semua Sela Kusumaku, terimakasih untuk maafmu untuk kemudian juga aku memaafkan.
Told you once about your friends and people, they were always seeking but they'll never find, that it's alright. It's alright.
Satu tahun telah aku lalui sebagai siswa sekolah menengah, kini kami tengah mengawali tahun ajaran baru. Satu tingkat lebih senior kami sudah memiliki adik kelas. Tidak banyak yang dapat aku banggakan selain syukur saja bisa aktif di OSIS dan Pramuka.
Pagi itu adalah tahun ajaran baru. Belum efektif untuk pelajaran, banyak yang memanfaatkan untuk olahraga, kumpul-kumpul, sementara aku dan teman-teman Pramuka memilih ke perpustakaan. Bukan mau membaca tapi sekedar kumpul saja. Bersama teman-temanku yang aku banggakan, mereka anak-anak berprestasi. Seperti Fendyanto teman sekelasku dia adalah siswa teladan. Dia juga biasa ranking satu, tapi aku tidak kalah dengan dia. Terus Deny Kurniawan, dia ranking pertama paralel atau bisa dibilang paling cerdas di sekolah kami. Tidak ada ranking ketiga baginya. Slamet Jonianto, tinggi tampan dia bakat masalah cinta. Penguasaan teknologinya juga bagus. Dan Adji Priyanto, matanya sipit kalau tertawa menyenangkan. Serta yang paling cantik itu Syifa Khoirunisa, karena dia memang satu-satunya cewe diantara kami. Tapi kali itu dia bersama temannya, adik kelas kami siswi baru yang lugu, manis, cantik. Namanya Wahyu Kusuma Wardani atau nama panggilannya Noni, Syifa memperkenalkannya pada kami. Aku merasa tertarik padanya, tetapi biasa saja sepertinya. Diantara kami Fendy yang ingin lebih kenal sama Noni. Kami mendukung Fendy untuk pendekatan, tapi itu hanya gurauan kami saja sebagai kumpulan anak-anak yang tengah bahagia. Hari itu baru aku anggap istimewa ketika aku menulis buku ini.
How could she look so good? How could she be so fine? How could she be so cold? How could it be she might be mine? Yeah!
Pagi itu hujan turun begitu lebat, untungnya aku sudah sampai di sekolahan, masih berdiri di tempat parkir terjebak hujan. Lingkungan sekolah semakin basah sementara aku tidak tahu mau ngapa. Sesekali membuka buku pelajaran, tapi itu bukan ide yang cocok. Aku melanjutkan bengong bersandar di tiang parkiran, memandang jauh siswa-siswi berdiri di depan kelas masing-masing. Sudah hampir seperempat jam hujan turun dan nampaknya sedikit mereda. Satu persatu murid-murid muncul menggunakan payung menuju kelas masing-masing. Tapi diantaranya ada yang aku kenal, Agus yang baru masuk dengan seseorang yang sepertinya juga aku kenal. Dia adalah Noni gadis kecil yang telah aku kenal awal tahun pelajaran ini. Aku yang sedang bengong langsung sadar, menengok jam di dinding Masjid di sebelah parkiran, tujuh menit lagi pikirku. Aku yang tiba-tiba jadi punya semangat lari menerobos hujan yang belum juga reda.
Pagi itu juga dapat aku ingat sebatas ingatanku, tidak juga begitu istimewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar